Thursday, July 19, 2018

Tips Menghafal Alquran dari Teh Muthi

Assalamu'alaikum wr wb.
Bang, Ini Quran Teteh (Sang Kakak) buat Babang (adiknya). Soalnya Teteh masih punya Quran yang Al-Hitr (mushaf Al Quran untuk menghafal). Ini masih bagus kok, baru dipake 1-3 kali doang.
Enakkeun kok ngaji pake Quran ini. Enak juga buat ngapal apalagi kalau pake artinya, dijamin langsung apal...
Jaga baik-baik Qurannya, ya...Kalau bisa sampulin pake kertas kado dan plastik sampul. Kalau mau pake plastik sampul juga gak papa. Jaga Quran ini ya...Kalau bisa sampai Babang jadi Hafiz Quran.
Doain Teteh ya biar dimudahkan segala urusannya. Insya Allah nanti kalau SMA kita kan satu sekolah kayak di MI Az Zein biar kalau dijenguk sekalian terus biar ketemu kalau libur bulanan (kalau ada).
Ngafal yang rajin ya...Kalau susah ngafal atau kepentok gak bisa, mending istighfar (memohon ampun dengan membaca a'udzubillaahi minasy syaithanir rajiim) dulu yang banyak. Terus kalau bisa istirahat atau tidur 5-10 menit atau enggak, ngemil atau makan coklat. Karena makan coklat penghilang rasa stress : )
Jaga selalu hafalan Babang...
Teteh yakin Allah akan terus bersama Babang. Jangan lupa banyakin doa sama Allah, insya Allah pemintaan Babang dikabulkan.
Lakukan setiap segala sesuatu dengan hati ikhlas dan jangan lupa tersenyum, sebab dengan tersenyum beban akan terasa lebih ringan.
Banyakin juga shalawat pada Nabi SAW dan dzikir pada Allah agar hati selalu tenang dan terasa tentram. Teteh tau Babang pasti bisa menjadi yang baik dari yang terbaik. Awali langkahmu dengan Basmalah dan teruslah melangkah.
Nanti pas disana (di pesantren) jangan nangis lho...Yang betah-betah ya disana. Jangan lupa makan 3 kali sehari dan olahraga. Oh ya, jangan lupa juga shalat Sunnah Rawatib dan Shaum (puasa) Senin dan Kamis. Banyak berbuat baik. Sehat-sehat ya Bang!
I'll miss you so much,
Wassalamu'alaikum wr wb.
****
Tulisan diatas adalah surat yang dibuat oleh Nur Muthmainnah Siddik, 14 Tahun yang memiliki nama panggilan Muthi dan di rumahnya dipanggil Teteh. Muthi tak tak lain adalah anak ke-2 saya. Alhamdulillah, sejak usia 13 tahun, Muthi sudah hafal Alquran 30 juz. Saat ini Muthi duduk di kelas 2 SMPIT As Syifa Subang Jawa Barat.
Surat Muthi ini diperuntukkan buat adiknya yang bernama Faruq Haniyya Siddik (11 tahun) yang di rumah biasanya dipanggil Babang (abang) yang pekan depan akan masuk pesantren di Kota Medan.
Meski ini sebenarnya Surat Sang Kakak buat adiknya, tapi surat ini juga sebagai nasihat buat saya pribadi bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Terus terang saya sangat beruntung memiliki salah satu anak yang hafal Alquran. Orang yang hafal Alquran tidak sekedar memiliki keleihan dari segi melantunkan ayat-ayat kitab Suci dan mengulanginya tanpa melihat mushaf. Sang penghafal ternyata memiliki amal perbuatan yang mencirikan pribadi yang baik.
Setidaknya Teteh Muthi telah memberi gambaran bahwa menjadi penghafal Alquran harus menjaga amalan baik dan menjauhi perilaku buruk. Dimulai dari hal kecil tapi sangat penting yaitu memuliakan mushaf Alquran salah satunya dengan merawat dan membuatnya menarik (disampul). Agar hafal Alquran butuh kerja keras, tahan cobaan, tidak putus asa dan ikhlas.
Menjadi penghafal Alquran justru memotivasi diri meningkatkan amal ibadah utama seperti banyak berdoa, berdzikir, bersalawat, shalat Sunnah dan puasa Sunnah. Tak lupa pesan penghafal Alquran, agar menjaga diri dari dosa dengan banyak istighfar, sebab sulitnya menghafal akibat perbuatan dosa. Menjadi penghafal Alquran juga akan menjadi sosok yang hidup dengan pola hidup sehat dengan teratur makan, olahraga, istirahat dan berpuasa.
Subhanallah, saya mendapat nasehat dari penghafal Alquran yang saya sangat dekat dengannya, yaitu Teteh Muthi.
Medan, 3 Juli 2018
Achmad Siddik Thoha

Friday, June 29, 2018

TRAINING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)



Dunia saat ini sudah serasa mudah dan dekat dengan teknologi berbasis spasial. Hampir semua kebutuhan manusia saat ini berbasis spasial dan teknologi komputer. Apalagi perkembangan teknologi internet membuat semua data spasial dengan mudah diakses dan digunakan oleh berbagai kalangan.

Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) saat ini sangat luas penggunaannya di berbagai bidang. Pada bidang akademik, hampir smeua penelitian menggunakan tool (alat) GIS untuk mempertajam analisis dan mengambil kesimpulan. Di bidang pemerintahan GIS sangat membantu dalam merencanakan, mengorganisasikan serta mengevaluasi program dan sumberdaya yang dimiliki pemerintah baik tingkat pusat hingga daerah. Di bidang transportasi, GIS sangat familiar bagi pengguna transportasi online dan juga untuk manajemen transportasi khususnya di perkotaan. Di bidang politik, GIS banyak digunakan untuk pemetaan suara dan pemilih dalam ajang pemilihan umum maupun pemilhan kepala daerah. Untuk bidang kebencanaan, GIS sangat diburuhkan untuk membuat pemetaan dalam rangka penanggulngan bencana.

Pelatihan (training) GIS untuk berbagai keperluan kini semakin banyak dicari. Saya dan tim training GIS dari Universitas Sumatera Utara dan lembaga lain siap melayani kebutuhan Anda untuk menguasai keterampilan teknis aplikasi GIS, baik teori, analisis maupun pemakaian software dan alat penunjan pemetaan lain.

Berikut Term of Reference yang kami tawarkan untuk Anda yang berminat mendapat layanan training GIS baik perorngan (privat), kelompok kecil maupun lembaga.


NamaAcara : Pelatihan Dasar Penggunaan GPS dan Geographic Information System (GIS)

Materi yang disampaikan : 

1. Presentasi Aplikasi GIS dalam berbagai bidang

2. Pengenalan tool/Menu ArcGIS

3. Georeferencing (Rektifikasi)

4. Digitasi Peta

5. Editing dan Atributing Data

6. Selecting and Calculating Atribute

7. Penggunaan GPS dan Google Earth

8. Penyajian /lay-out peta


Hari/Tanggal : (Dilaksanakan selama 2 hari)



Waktu : 08.00-16.00 WIB.


Tempat : tergantung permintaan dan lokasi


Media : Software ArcGIS 10.x dan Slide dari pembicara, GPS (1 GPS per 3 orang dari panitia)


Narasumber : Dr. Achmad Siddik Thoha, S.Hut, M.Si (Dosen USU Medan, Peneliti Bidang Pemodelan Spasial, Trainer GIS lebih dari 300 jam) dan tim


Randangan SusunanAcara :


Hari pertama

1. 08.00-08.30 Registrasi Peserta

2. 08.30-09.00 Pembukaan + tilawah + Doa + penutup

3. 09.00-09.30 Pengenalan Pemetaan dan Penggunaan GIS untuk Analisa Spasial Berbagai Bidang

4. 09.30-10.30 Pengenalan Tool dasar ArcGIS 10.x

5. 10.30-11.30 Georeferencing

6. 11.30-13.00 SHOIMA

7. 13.00-13.30 Digitasi Peta

8. 13.30-15.00 Edit Data Atribut

9. 15.00-15.30 SHOIMA

10. 15.30-16.00 Calculate Geometry dan Field Calculator


Hari kedua
1. 08.00-8.30 Review Materi Kemarin

2. 08.30-10.00 Praktek GPS di Lapangan

3. 10.00-11.45 Transfer data GPS ke Komputer

4. 11.45-13.00 SHOIMA

5. 13.00-14.00 Konversi data Excel lke ArcGIS

6. 14.00 -15.30 Layout/PenyajianPeta

7. 15.30 - 16.00 Penutup


Fasilitas Ruangan : Laptop, LCD, layar, sound system.

Biaya Pelatihan : Rp. 500.000/orang untuk mahasiswa (S1, S2 dan S3) - minimal 20 peserta
Rp. 1.000.000/orang untuk umum/perusahaan (minimal 10 orang)
Rp. 1.500.000/orang (privat)


Fasilitas : Ruang ber-AC, materi pelatihan, software GIS untuk latihan, peta digital, snack, makan siang dan sertifikat (untuk kelompok dengan pelaksana lembaga)


Catatan : Menerima mengisi training di luar daerah dan konsultasi pembuatan peta.
Info detil bisa menghubungi Achmad Siddik Thoha
HP/WA : 0812-8530-7940
Email : siddikthoha@yahoo.com
Alamat : Komplek Puri Zahara 2 Blok Q7 Simpang Selayang Medan Tuntungan Kota Medan

Monday, June 25, 2018

Deen Assalam Nisa Sabyan : Soft Dakwah yang Mengguncang Dunia


Kalla hadzil ard mataqfii masahah
Lau na'isibila samahah
Wanta'ayasna bihab
Lau tadiqil ardi naskan kalla kolb
Lirik lagu berbahasa arab dengan lantunan merdu wanita berhijab nan cantik itu menyebar dan sampai juga ke telinga saya. Nisa Sabyan, penyenayi yang menyanyikan lagu berbahasa arab ini membawakan dengan penuh perasaan. Siapapun yang mendengarnya pasti hanyut dalam kelembutanan dan kemerduan alunan nada. Orang yang tidak paham artinya saja bisa menangis mendengar lantunan lagu ini. 
Saya tertarik menelusuri lagu ini melalui chanel youtube. Alhandulillah saya temukan versi cover yang dibawakan oleh Nisa Sabyan dengan terjemahan bahasa Indonesia. Luar biasa. Arti lagu ini mengguncang saya. Saya sudah menyangka dari judulnya, lagu ini membawa pesan mendalam. Dan benar, lagu ini membawa pesan perdamaian dan toleransi. Berikut terjemahan lirik lagu Deen Assalam.
Seluruh bumi ini akan terasa sempit
Jika hidup tanpa toleransi
Namun jika hidup dengan perasaan cinta
Meski bumi sempit, kita akan bahagia
Melalui perilaku mulia dan damai
sebarkanlah ucapan yang manis
Hiasilah dunia dengan sikap yang hormat
Dengan cinta dan senyuman
Sebarkanlah di antara insan
(Inilah Islam) agama perdamaian
Adapun lirik bahasa arabnya bisa dilihat gambar dibawah ini.
Lirik lagu Deen Assalam dalam Bahasa Arab (sumber https://www.islamcendekia.com/)
Lirik lagu Deen Assalam dalam Bahasa Arab (sumber https://www.islamcendekia.com/)
Berulang kali saya setel ulang lagu ini. Lagu ini masih setia menemani malam saya saat menjelang rehat. Saya perhatikan detil informasi video ini,. Wow ini video tersu jadi trending dengan viwer lebih 101 juta pemirsa hingga Rabu, 26 Juni pukul 12.20 WIB. Sebulan lalu saya melihat video ini baru tembus dibawah 10 juta pemirsa. Video ini diposting pada 17 Mei 2018, tepat pada hari pertama Ramadan. Momen yang juga sedang hangat berita pemboman dan isu teroris. 
Oke...dari lirik lagu, nada dan suara pelantuannya tidak usah dibahas lagi karena saya yakin siapapun yang mendengar akan hanyut dalam alunan lembut dan merdu lagu ini. Bahkan videolagu Deen Assalam Cover by Sabyan (grup Gambus Indonesia), lebih populer dari video dari pelantun asli lagu ini. Lagu ini aslinya dibawakan oleh Sulaiman Al Mughi, seorang remaja dari Arab Saudi. Tapi lagu yang dibawakan oleh Sabyan lah yang mendapat viewdemikian banyak, hingga tembus diatas 10 juta pemirsa dan menempati trending di youtube.
Ada lebih menarik dari lagu ini yakni komentar dari pengunjung video ini. Saya membaca dengan penuh haru. Bukan tentang lirik lagu, nada dan pelantun yang luar biasa, tapi susana damai dari berbagai komentar.
Ada pengunjung yang mengaku Non Muslim dengan nama akun Tasya Bekicot menulis kekagumannya tentang pesan lagu ini sebagai berikut:
"Gue non muslim tp gue suka sama ini lagu perdamaian banget..islam damai dan teroris bukan islam ... saling bergandeng tangan bersatu untuk keutuhan negri kita indonesia"
Selanjutnya pengunjung yang mengaku non muslim juga dengan akun Nache Gole4 merasakan hatinya damai saat mendengar lagu ini. Berikut penuturan akun Nache Gole4 :
"Akuorng kristen dengar lagunya adem banget..hatiku damai bnget"
Satu lagi sayasaya cuplik dari akun yang mengaku non-muslim yang menyukai lagu ini menulis dalam kolom komentar,
"Aku Kristiani tapi gatau kenapa aku suka banget sama lagu ini dan selalu diputar berulang kali ,mungkin karena lagunya yg sangat menyentuh dan ditambah suara kak Nisa nya bagussemoga kita selalu diberi perlindungan serta diberi kesehatan untuk kalian semua, dan saya selalu berdoa untuk keselamatan saudara" Islam ku diluar sana. Semangat juga buat puasa nya dikasih kelancaran serta kemudahan sampai hari kemenangan tiba Sukses terus dan saling menghargai"(Akun Anastasia Friska1)
Sementara komentar lain sangat mendukung lagu ini karena muncul pada saat yang tepat seperti ditulis oleh pemilik akun PintarNet Media4:
"Waktu rilis nya sangat PAS dengan keadaan saat ini. Smoga lagunya membawa berkah kepada semuanya. Amiiin...."
Ada komentar yang mensyukuri populernya lagu ini saat hangatnya isu teroris seperti ditulis oleh pemirsa dengan akun RMH channel882:
"Alhamdulillah di sela2 maraknya berita tentang teror bom lagu ini menjadi trending No#1Lagu ini menceritakan tentang mengajak seseorang untuk menyebarkan cintah dan kasih sayang yang tulus terhadap sesama manusia,dan mengajak seseorang untuk bertoleransi, berperilaku yang baik, membuat perdamaian, dan juga untuk memberitahukan bahwa islam adalah agama perdamaian"
Lewat lagu pesan perdamaian lebih mengena dan menyentuh. Seni bisa menyatukan perbedaan, menumbuhkan saling menghormati, memupuk toleransi, menghapus curiga dan merekat perdamaian sesama anak bangsa. Kita semua berharap bangsa dan negara kita tetap utuh dan semakin kuat dengan berbagai teror yang melanda negeri ini. Sebab bila kita tak lagi damai, toleransi takkan terwujud. Bila tak ada toleransi betapa sempitnya kita hidup di bumi ini, seperti lirik lagu Deen Assalam. 
Sebab Islam adalah Agama Perdamaian. Islam tak mengajarkan melakukan teror. Pelaku teror adalah perusak perdamaian dan agama itu sendiri. Agama itu  indah bila membawa perilaku mulia, damai,hormat dan menyebat senyuman, bukan menyebar teror dan kebencian.

Deen Assalam dan Sabyan dengan Nisa Sabyan sebagai icon-nya menjelma menjadi agen dakwah yang lembut dan menyentuh. Ada yang menyebut kehadiran Sabyan Gambus dengan lagu-lagunya menjadi media SOFT DAKWAH. Dakwah melalui seni dan budaya yang justru mengguncang dunia. Mengguncang hati manusia dari berbagai belahan dunia yang akhirnya mengenal Islam sebagai agama cinta dan damai.
Salam damai!
Achmad Siddik Thoha -Medan

Bakau Sang Pelindung

Pohon Bakau (Rhizpora spp) sang pelindung



Bila kita berkunjung ke pantai, biasanya akan menjumpai hutan dengan pohon-pohon yang tergenang air.  Pohon-pohon itu terlihat unik karena akarnya yang muncul di permukaan tanah.  Ada akar pohon yang muncul dari batangnya lalu melengkung menghunjam ke tanah yang disebut akar tunjang.  Ada pula akar pohon yang menyembul dari tanah seperti bentuk lutut, yang disebut akar lutut. Terdapat pula akar pohon yang muncul dari tanah seperti pasak, yang disebut akar pasak. Kumpulan pohon dengan karakter akar-akar seperti itu disebut sebagai hutan mangrove atau ada yang mengatakan hutan bakau.

Munculnya akar di permukaan tanah adalah salah satu bentuk adaptasi dari pepohonan di hutan mangrove.  Mereka perlu bernafas.  Dalam kondisi tergenang air dan berlumpur, dimana pertukaran udara dari tanah ke udara tidak memungkinkan, maka akar pohon harus mengejar udara.  Mereka, pepohonan di hutan bakau,  tidak bisa diam saja di dalam tanah, karena kondisinya berbeda dengan di tanah kering. Mereka tidak bisa bersembunyi di bawah tanah karena tanpa udara mereka akan mati.

Hutan mangrove berdekatan dengan muara sungai, dimana lumpur baik yang subur maupun yang beracun mengendap di sana.  Pepohonan mangrove rajin menambat lumpur dan racun dan mengikatnya hingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Maka kita lihat air laut tetap jernih di pesisir pantai yang memiliki hutan mangrove yang masih bagus.

Hutan mangrove juga menahan gelombang besar yang menghantam pesisir hingga warga sekitar merasa aman.  Keberadaan pepohonan mangrove, membuat air asin dari laut tertahan cukup disekitar pesisir dan pantai saja. Ini membuat sumur-sumur masyarakat tetap dalam kondisi tawar dan layak dikonsumsi.

Akar-akar mangrove yang muncul ke permukaan dengan berbagai bentuknya tidak hanya berguna bagi dirinya.  Akar-akar ini menyediakan ruang bermain, bersembunyi, mencari makan dan bertelur bagi hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan lainnya. Ikan dan hewan laut sangat terbantu dari guguran daun, ranting, bunga dan buah mangrove  yang telah membusuk. Plankton, sumber makanan ikan dan hewan laut  menjadi subur karena banyak persediaan makanan di sana.

Bakau menjadi pelindung, penyirna bahaya, pelayan dan perjernih. Bakau Sang Pelindung, ia sanggup menghadang ombak yang tinggi dan badai yang ganas, mempertahankan tubuhnya agar pantai tak terkikis dan manusia selamat dari badai dan bahkan tsunami. Ia menghalau badai agar tidak merusak pesisir dan sekitarnya. Ia meredam ombak dan meniadakan bahayanya.

Bakau sang Pelindung,  melindungi kejernihan air dari lumpur-lumpur. Ia tak kenal lelah menambat racun agar tidak berbahaya bagi yang lain.  Ia siang malam melindungi hewan air agar tetap hidup, tumbuh dan berkemban biak. Ia begitu tulus memberi perlindungan sekaligus pelayanan dengan guguran daun, ranting, bunga dan buah yang jadi sumber makanan.

Bakau Sang Penjernih, rela menangkap kotoran lalu menyerapnya agar lumpur-lumpur tak merusak beningnya laut.  Ia menjernihkan agar lumpur dari sungai tak mengganggu asyiknya ikan-ikan bermain dan mencari makan. serta hewan laut mendapat kenyamanan ketika bertelur.

Sungguh indah pelajaran dari pepohonan di hutan bakau atau mangrove. Perbedaan jenis pohon, bentuk batang dan daun serta karakter yang unik dapat menyatu dalam satu tujuan. Akar mangrove yang rela keluar persembunyiannya demi untuk menyediakan perlindungan bagi lingkungan sekitarnya.  Akar yang menyembul dari tanah bukan simbol kesombongan, namun lebih pada tuntutan adaptasi dan misi yang lebih besar. Bila kita terus bersembunyi dalam beramal, tentulah sangat terbatas peran dan manfaat yang dapat diberikan.  Dengan muncul, tegak dan adaptif, maka eksistensi diri makin kokoh dan karya kita akan membawa dampak manfaat yang lebih luas. Tentu saja menampilkan amal tetap harus dilandasi dengan keikhlasan.

Lingkungan dengan ombak ujian yang besar, angin badai masalah yang tiba-tiba datang dan lumpur cobaan dari diri dan lingkungan luar, seyogyanya dihadapi dengan meningkatkan daya adaptasi tinggi.  Akar-akar iman yang makin kokoh akan menopang amal atau karya sehingga melahirkan amal yang melindungi, melayani dan menjernikan.


Dikutip dari Buku KETIKA POHON BERSUJUD, Inspirasi dari Pohon
Karya Achmad Siddik Thoha

Inspirasi Pohon Pencekik

Pohon Pencekik (Sumber https://www.allposters.com.au/-sp/Strangler-Fig-Ficus-Growing-on-its-Host-Tree-in-a-Tropical-Rainforest-Costa-Rica-posters_i6015325_.htm)

Benih beringin (Ficus annulata) itu jatuh juga setelah menempuh perjalanan jauh. Bersama burung dia mengakhiri perjalanannya di rimbunnya belantara hutan. Sayang, benih itu tidak sampai ke tanah. Ia menyangkut di cabang sebuah pohon besar. ”Ah tak apalah, aku masih bisa hidup disini.” Bisik Benih Beringin. Lalu dia meminta ijin untuk hidup bersama pohon besar.
” Pohon besar, ijinkan aku hidup bersamamu sampai aku kuat dan besar.” Pinta Benih Beringin.
”Silahkan, suatu saat engkau akan memberi manfaat besar bagi yang lain.” Pohon Besar berbaik hati untuk menjadi pohon inang (host tree = pohon yang ditumpangi)

Hari demi hari, benih beringin tumbuh cepat. Keluarlah daun dan batang kecil. Beringin kecil mendapat matahari dan air tanpa menggangu Pohon Besar. Akar beringin menjulur menggantung ke bawah untuk membantunya bernafas. Beringin hidup secara epifit, hidup berdampingan tanpa mengganggu dan sedikit mengambil makanan dari Pohon Besar. Pohon besar rela berbagi sedikit makanan dengan Beringin kecil.

Beringin mulai membesar. Akarnya juga tumbuh makin besar dan panjang. Beringin perlu makanan yang lebih banyak. Tak cukup hanya mengandalkan sedikit makanan dari Pohon Besar. Ia merambatkan akar-akarnya di batang Pohon besar. Beringin makin besar dan akarnya kini telah menghunjam tanah. Makin lama akar beringin makin membesar menyerupai batang. Akar beringin telah membelit kuat Pohon Besar. Pohon Besar masih bersabar menerima Beringin hidup disisinya.

Lama kelamaan beban beringin di Pohon besar makin memberat. Akar-akar yang jumlahnya ratusan juluran yang tadinya kecil dan halus makin mengeras dan membesar melilit Pohon Besar saling tumpangtindih. Bagian atas beringin sudah tumbuh menjadi batang yang besar yang makin mencekik Pohon Besar. Hampir-hampir Pohon Besar tidak nampak lagi.

Pohon besar menyadari dirinya tak kuat lagi menahan pesatnya pertumbuhan Beringin Ia juga telah berumur lanjut. Ia tidak mau bersaing dengan beringin. Meski ia tahu beringin awalnya sebuah makhluk kecil tak berdaya yang menumpang hidup diketiak batangnya. Ia pula yang dengan ikhlas menyuapi makanan saat kecil.

”Ah...tak apa-apa, aku bahagia beringin menjadi kuat. Lihatlah engkau, monyet, serangga dan banyak hewan lain sekarang mendapat makan dan perlindungan disini. Beringin telah mengundang banyak kawan-kawanmu kemari. Di masa tuaku, aku sangat bahagia, karena keberadaanku makin bermakna dengan kehadiran beringin.” Ungkap Pohon besar pada seekor burung yang tiap hari hinggap di tubuhnya. Akhirnya Pohon Besar itu mati

Memang begitu adanya. Beringin mencekik Pohon Besar bukan untuk menzhalimi. Beringin telah membuat lingkungan yang nyaman bagi burung dan serangga bersarang. Buah beringin yang lezat memberi gizi yang banyak bagi burung hingga tulang dan cangkang telurnya kuat. Kelak burung-burung inilah yang akan menyebarkan biji-biji ke berbagai tempat hingga Beringin memberi dampak yang luas bagi lingkungan.

Sia-siakah kematian Pohon Besar. Ternyata tidak. Ia menyediakan lubang yang nyaman bagi bersarangnya serangga penghasil madu. Serangga ini mempunyai rumah mewah. Lubang yang luas dan nyaman serta makanan berlimpah dari bunga-bunga beringin. Serangga ini tidak hanya makan, dia sekaligus menyerbuki bunga-bunga hingga buah Beringin makin lebat. Berngin dengan payung daun dan cabangnya yang besar, juga menjadi tempat berlindung rusa dan hewan mamalia lain dari udara panas.

Indah sekali kehidupan harmonis dari Pohon Besar dan Beringin Pencekik ini. Pohon besar dengan ikhlas dan prasangka baiknya membuat beringin tumbuh menjadi sosok kuat dan pelindung bagi makhluk lain. Kekuatan memberi dari Pohon Besar telah memberi manfaat yang lebih luas Meski dia tercekik, terambil makanannya, terhalangi tubuhnya dari matahari, ia tak marah. Pohon Besar sangat paham, bila ia mengusir beringin kecil dulu, maka ia hanya sebatang Pohon dengan sedikit manfaat. Namun karena kelapangan hatinya , kesabarannya menerima, mendidik dan melayani beringin maka dia menjadi Pohon yang nyaman bagi tumbuhnya ”generasi” kuat dan memberi banyak manfaat.

##

Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com

Dikutip dari Buku KETIKA POHON BERSUJUD, Inspirasi dari Pohon
Karya Achmad Siddik Thoha


Saturday, May 12, 2018

AKU SERASAH BUKAN SAMPAH (10) : Membuat Catatan untuk Hidup dan Menghidupkan


Oleh: Achmad Siddik Thoha

Pada sebuah diskusi tentang konservasi burung di Indonesia, ada sebuah hal menarik yang sulit saya lupakan. Pemateri tentang perkembangan perkembangan penelitian burung di Indonesia yaitu Bapak Yus Rusila Noor, seorang ornitolog (ahli burung) spesialis burung air memulai pembiacaraanya dengan sebuah pertanyaan menarik.
“Siapa yang mengisi buku catatannya selama birdwatching (pengamatan burung) tadi? Coba tunjukkan buku kalian.”
Terlihat hanya kurang dari separuh birdwatcher (pengamat burung) yang mengacung, termasuk saya. Saya pun hanya mengisi sedikit catatan selama 3 jam berkeliling Kebun raya Bogor sejak pukul 7 pagi. Maklum ini untuk pertama kalinya saya melalukan pengamatan burung secara serius dengan para pengamat burung yang berpengalaman.
“Ilmu tentang burung berkembang dari buku-buku catatan kecil seperti yang kalian pegang. Ini buku yang saya pakai sejak tahun 1980-an.”
Pak Yus, demikian beliau dipanggil, memperlihatkan buku tulis kecil yang tebal, yang sering disebut “notes” dengan cover tebal yang dilekatkan lakban hitam. Bukunya nampak kucel dan warna nya buram. Namun ketika beliau membuka lembar demi lembar isi catatannya terlihat begitu rapi dan detil. Terlihat pula sketsa burung meski sangat sederhana. Luar biasa, bayangkan sudah 30 tahun buku dan isinya masih terawat.
“Buku kecil tebal ini isinya lebih rapi dan detail. Sedangkan untuk di lapangan, saya memakai ini.” Beliau menunjukkan sebuah buku lebih kecil seukuran 15 x 8 cm dengan spiral dipinggirnya.
“Yang kecil ini saya catat apa pun yang saya ingat, termasuk berapa ongkos naik ojek beli gorengan, beli buras, (nasi yang dibungkus daun berukuran kecil seperti lontong) dan lain-lain. Setelah itu baru dipindah ke buku yang lebih besar dengan catatan yang lebih rapi dan mudah dipahami.”
Beliau lalu melanjutkan, “Sebagai seorang birdwatcher, kejujuran adalah  hal pertama. Kedua adalah menumbuhkan rasa percaya diri dengan apa yang kita temukan. Ketiga disiplin dan konsisten dengan waktu pengamatan dan keempat. Kita harus tahu diri dan dapat mengontrol diri. Itu filosofi yang harus benar-benar dihayati dan diparkatekkan di lapangan. Kenapa saya menunjukkan buku kecil ini?” Pak Yus membuka sebuah pertanyaan renungan pada peserta diskusi.
Kalian jangan terlalu percaya diri dengan otak atau memori. Paling lama kita hanya bisa mengingat sesuatu dalam hitungan jam, setelah itu lupa. Catatan ini akan sangat berguna untuk secara pasti kita mengingat obyek dan kejadian yang kita temui secara detil. Tulis apa saja yang kalian temukan. Milikilah buku catatan sebanyak mungkin. Teman saya dari Jerman ini setiap bulan mengganti buku catatan tebalnya dengan yang baru.” Beliau menunjuk wanita Jerman yang diketahui bernama Bea Maas disampingnya yang juga menjadi pembicara dalam diskusi ini.
“Yeah, I always start new book every month. Everything what I thought, I have to write here,” tegas Miss Bea Maas, seorang peneliti burung Kandidat Doktor dari Gottingen University seolah menegaskan betapa pentingnya mencatat segala hal.
Saya merasa mendapat pejaran sangat berharga hari ini. “Mencatat, mencatat, mencatat lalu memelihara catatan-catatan itu,” gumam hati saya saat itu.
Di masyarakat kita, budaya mencatat sangatlah minim. Kita lihat masyarakat lebih suka mendengar dan berbicara dari pada mencatat dan menuliskan kembali catatannya.  Lihatlah ketika acara seminar, kuliah, pelatihan atau kunjungan, berapa banyak orang yang mencatat di acara tersebut. Mereka terlihat sangat percaya diri dengan otak mereka. Akhirnya, orang-orang yang tak mencatat itu kebingungan saat ada sesi evaluasi karena tak ada yang bisa diingatnya kembali.
Orang yang tak mencatat merasa aman karena sekarang pembicaraan bisa direkam. Catatan bisa pinjam dan menfoto copynya dari teman. Diktat atau modul juga tinggal dibeli.  Namun seberapa jauh kepahaman orang yang tak pernah mencatat saat membaca catatan orang lain yang belum tentu bisa dibaca.  Seberapa ingat orang tak mencatat ketika mendengar rekaman yang kita tak mengikutinya.
Budaya mencatat lahir di kalangan bangsa yang maju. Saya sendiri sering membaca sebuah buku laris yang ternyata lahir dari catatan-catatan perjalanan.  Bahkan sebuah buku ilmiah yang sangat berguna, seperti buku panduan lapangan pengenalan jenis tumbuhan dan hewan lahir dari ketekunan peneliti merawat dan menuliskan kembali catatannya. Para ulama juga melahirkan karya besar dengan tekun membuat catatan dan merawatnya. Kitab-kitab suci terpelihara karena dituliskan kembali dengan detil oleh penulis yang tekun. Bisa dibayangkan, bagaimana kalau budaya mencatat ini hilang, maka ilmu pun akan lenyap.
Saya teringat sebuah kata mutiara dari Ali RA, Ilmu itu laksana binatang buruan, maka jeratlah ia dengan menuliskannya.” Kata mutiara ini langsung teringat saat saya melihat Pak Yus menunjukkan buku catatannya.
Dan bukankah dalam Alquran, Allah menyuruh manusia untuk menulis, disamping membaca.
Nun, demi Qalam (pena) dan apa yang telah mreka tulis.” (Al Qolam/68:1)
Bagi saya, mencatat adalah sarana kita untuk terus hidup dan menghidupkan.  Hidup karena kita bisa berbagi pada yang lain. Menghidupkan, kalau ada catatan kita yang membangkitkan semangat orang lain. Bukankah orang yang hidup adalah yang masih sanggup berbagi dan tak kehilangan semangatnya. Orang yang banyak catatannya akan dikenang karya dan mengalir kebaikannya sepanjang masa.  Ia tetap hidup jiwa dan pikirannya meski jasadnya lenyap.

AKU SERASAH BUKAN SAMPAH (9) : Menikmati Indahnya Kemacetan


Oleh : Achmad Siddik Thoha
                        
Angkot hijau muda jurusan Baranangsiang-Bubulak merayap pelan. Seperti biasa, Pasar Gunung Batu Bogor menjadi titik pelambat kecepatan semua kendaraan karena kesibukannya. Pemandangan umum dengan mudah terlihat di dalam kotak hijau muda  bermesin dengan merek Daihatsu maupun di dalam mobil pribadi, truk, angkutan sekolah dan motor. Semua mengeluh karena macet. Macet membuat watak asli manusia muncul, Mengeluh, mengumpat dan menyalahkan.
“Tiiiiiiin…..” bunyi klakson bersahut-sahutan
“Woi, minggir kalau ambil penumpang.” Sopir mobil pribadi bersuara lantang bak komandan memerintah pasukannya.
“Motor sialan! Jalanmu sebelah kanan, tahu peraturan jalan gak, sih?” Sopir truk kesal dengan pengendara motor yang mengambil jalannya dari arah berlawanan.
Waduh, kapan kita sampai, ya. Bisa diusir dosen nih, karena terlambat.” Seorang mahasiswi di dalam angkot mulai gelisah sambil memegang tangan kawannya.
Suasana berbeda terlihat pada seorang pemuda yang asyik mojok di salah satu angkot hijau muda.  Pemuda itu duduk santai sambil memegang buku. Mulutnya komat-kamit menyuarakan isi bacaannya. Ternyata dia seorang mahasiswa yang tiap hari naik angkot menuju kampusnya. Sama sekali tidak tampak raut gelisah di wajahnya. Dia sangat menikmati kemacetan. Baginya kemacetan adalah anugrah. Kemacetan telah membuat dirinya terbiasa membaca dalam kondisi yang buat orang lain tidak nyaman. Kemacetan membantunya terbiasa beristirahat sambil membaca dan menghafal.
Dik, kamu kok bisa membaca di dalam angkot, ya? Saat macet begini kan panas banget, nih,” tegur seorang ibu, salah satu penumpang angkot.

Tadinya saya tidak biasa, Bu. Setelah sebulan saya jalani, ternyata saya bisa menikmati, Bu. Saya sudah sangat hafal dimana titik macet dan berapa lama saya bisa tiba di kampus. Saya merasa dengan mengeluh dan menyalahkan tidak akan ada gunanya. Toh saya tidak punya kemampuan merubahnya. Lebih baik saya menikmatinya saja. Makanya saya bawa buku sebanyak-banyaknya kalau naik angkot. Jadi setelah di rumah saya bisa mengerjakan pekerjaan lain.”
Kamu tinggal di mana, Dik?” Penumpang perempuan ini mulai tertarik menggali informasi.
Di Babakan Fakultas, Bu. Di belakang Kampus IPB Baranangsiang.”
Wah, itu kan 10 km dari kampus, ya. Tiap hari kamu ke kampus naik angkot? Pasti pagi-pagi sekali kamu berangkat. Berapa lama sampai ke kampus?” Ibu itu mencecar dengan pertanyaan karena kagumnya.
Kalau pagi begini, satu setengah jam, Bu. Pulangnya juga begitu, Bu.”
Kamu sungguh beruntung, Dik. Bisa memanfaatkan waktu dimana orang lain justru melakukan hal yang sia-sia. Lihat saja, saat macet begini sebagian besar orang memilih mengeluh, menyalahkan atau setidaknya hanya diam tanpa melakukan apa-apa.  Beda dengan kamu, kamu justru bisa melakukan hal yang produktif.”
Angkot hijau muda itu hampir merapat di terminal Bubluak. Ibu dan pemuda itu berpisah. Perjalanan pemuda itu menembus kemacetan terus berlanjut. Jangan tanya tingkat kemacetan jalur Bubulak-Kampus IPB Darmaga. Lebih parah daripada Jalur Baranangsiang - Bubulak. Itu tak menjadi masalah bagi si pemuda karena dia siap menikmatinya dan memetik manfaat yang besar dari kemacetan.
***
Sahabat, pemuda itu telah memanfaatkan sesuatu yang tidak disukai orang menjadi anugerah. Tidak hanya itu, dia bisa terhindar dari kesiaa-siaan. Ketika orang lain mengeluh, mengumpat dan menyalahkan, dia tersenyum dan diam. Ketika orang khawatir dengan kegiatannya, dia gembira karena berhasil memahami materi kuliahnya. Saat orang lain merasa rugi karena waktunya terbuang, ia justru memperoleh keberuntungan dengan bertambahnya ilmu.
Ada pepatah terkenal yang mungkin kita ingat: Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.”
Ya, kita takkan bisa menghentikan gelap, karena itu diluar kuasa kita. Kita takkan bisa mengubah apapun dengan mengeluh, menyalahkan dan mengutuk gelap, karena ia pasti tiba. Biarlah gelap datang, karena ia membuat cahaya lilin begitu berarti. Ia membuat bulan begitu cantik wajahnya. Ia membuat mata bisa beristirahat. Ia juga mendatangkan kesejukan dan kesunyian yang diperlukan makhluk.
Sahabat, mengapa harus mengutuk macet, gelap atau sesuatu yang di luar kuasa kita, karena ia bisa menjadi anugerah yang indah bagi kita. Mengapa harus mengeluhkan sesuatu yang sudah terlanjur terjadi. Akan lebih baik bila kita menyiapkan diri menimatinya atau setidaknya menghindari kesia-siaan.
Bila nasi sudah menjadi bubur, mengapa tidak kita cari bawang daun, bawang goreng, kacang kedelai, kerupuk, kecap dan irisan daging ayam lalu kita bumbui bubur itu. Bukankah bubur itu akan menjadi bubur ayam lezat yang kita pun akan bergairah menikmatinya.

TULISAN PILIHAN

AKU SERASAH BUKAN SAMPAH (1) : Kasih Tak Berbalas

Oleh: Achmad Siddik Thoha Di sebuah desa, hiduplah seorang petani yang bersahaja. Di belakang rumahnya tumbuh sebatang pohon besar. Da...

TULISAN TERFAVORIT